Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Perjamuan Berdarah Di Ocuri

Cavalry Goes For War

 

Perbatasan Sacaca

King Wallace turun dari kudanya dan diikuti oleh Pangeran Gheget dan Jendral Mitsui.  Para Samurai di sekitar mereka tampak tegak siaga berjaga-jaga.  Sebuah meja persegi empat dengan panjang hampir delapan hasta terbentang sekitar 10 langkah dari mereka.  King Darkcon dari Morogoro nampak duduk paling utara, tangan kanannya menopang dagu pandangannya menatap tajam ke arah datangnya rombongan Kerege.  Disamping kanannya duduk Rizwan raja dari Zinga yang terlihat asyik memainkan pisau pemotong daging dengan tangan kirinya.  Dihadapannya Yaytso raja dari Azarede nampak asyik mengunyah telur rebus yang tersaji diatas meja.

Dalam hitungan detik ketiga petinggi Kerege tersebut telah sampai di ujung selatan meja.  Wallace segera mengambil posisi tempat duduk  diikuti oleh Gheget dan Mitsui.

Suasana senyap,  dingin dan beku seperti hembusan angin yang serasa menusuk tulang belulang dipenghujung musim salju. 

“Wallace, kita selesaikan pertikaian ini…” Ujar Darkcon memulai pembicaraan.  “Tarik mundur pasukanmu dari perbatasan Ocuri, aku beri waktu tiga hari..” lanjutnya.

“Maksud anda…?” Potong Pangeran Gheget

“Bawa pasukan mu kembali ke Kegere dan menjauh dari Ocuri atau akan kami bumi hanguskan dalam sekejap mata.” Rizwan berucap lantang sambil menancapkan pisau yang sedari tadi dia mainkan dengan tangan kirinya, menghunjam dalam diatas meja.

Mitsui sontak bangkit dan menggebrak meja.  Melihat gelagat itu para samurai yang sejak tadi diam siap siaga serentak menggerakan tangannya siap mencabut katana mereka dari sarungnya.  Wallace memberi isyarat pada Mitsui agar duduk kembali.

“Ocuri tanah merdeka, siapapun berhak kesana dan tidak ada yang berhak mengatur siapa yang datang dan pergi” Ucapnya dengan suara bariton khasnya yang dalam dan penuh kharisma.

“Ha ha ha ha…, siapa bilag… tanah itu dan Macha, Calcha serta Dimbokoro sudah tertulis ditakdirkan untuk kami…” Rizwan tertawa keras sambil menyeringai ke arah Wallace.

“Maaf, kami akan tetap memasuki Occuri, apapun yang terjadi.” Mitsu menjawab dengan tegas.

“Maka Occuri akan bersimbah darah wahai Jendral Mitsui, dan berapa banyak keluarga Kerege yang akan kehilangan sanak saudara mereka..”  Darkcon  mencoba menggoyahkan keputusan dari Kerege.

“Hal yang sama yang harus kalian pertimbangkan juga… jangan kalian kira kalian paling hebat diseantero jagat raya.” Ucap Pangeran Gheget sambil mengepalkan tangannya diatas meja.

“Ha Ha Ha…. Kalian mencari mati Kerege…. Santaplah telur ini sebagi perjamuan terakhirmu sebelum besok kalian berkalang tanah”.  Yaytso melemparkan tiga telur rebus serentak ke arah utusan Kerege.  Belum sempat butir telur itu mengenai para petinggi Kerege itu satu desingan anak panah melesat  menembus tiga telur itu beriringan dan mengirimnya kembali ke arah Yaytso.  Anak panah dengan mata panah berwarna keemasan itu menancap tepat didepan Yaytso dengan tiga telur yang tadi dia lemparkan bertumupuk tertusuk oleh anak panah itu.  Sekejap para pengawal Darkcon menghunus samurai ke arah pelepas anak panah.

“Panglima KenKen… jangan bertindak gegabah…” Ujar Pangeran Gheget pada salah satu pengawal yang dia bawa menemaninya.  Panglima Kenken adalah pemanah paling handal di kerajaan Kerege, keturunan klan pengguna Chu-Ko-Nu paling berbakat  saat ini.  Pangeran Gheget berdiri dan memberi tanda kepada Darkcon agar para pengawalnya mundur.

“Kalian mencari mati Kerege…. Camkan itu…” Ujar Darkcon Geram.

“Sepertinya tidak ada lagi yang bisa kita bahas disini….Kami pamit kembali Darkcon.” Pungkas Wallace.

Ketiganya segera berjalan mundur kembali menuju kuda mereka.  15 orang pengawal yang menemani  mereka termasuk Panglima KenKen pun bersiaga mengamati pergerakan para samurai Darkcon.  Sekejap mereka pun sudah memacu kuda mereka kembali ke Kerege.

 

Tepian Sungai Ravenile

“Paman-paman, ada seseorang terbaring disini, dia terluka parah.. sepertinya dia hanyut terbawa arus sungai dari arah Sacaca”.  Seorang remaja tanggung yang sedang bermain ditepi sungai memanggil pamannya ketika dia menemukan tubuh seorang pemuda yang penuh luka dan darah yang mengering dibeberapa bagian tubuhnya.  Dua tangannya menggenggam masing-masing sebilah pedang yang juga penuh noda bercak darah.

Lelaki paruh baya yang dipanggil paman tadi menghampiri, memeriksa tubuh penuh darah tersebut.

“Sepertinya dia masih hidup, ayo kita selamatkan dan obati dia “.  Ujarnya sambil dipanggulnya tubuh itu.  “ Jambunada kok bawa kedua pedangnya dan bergegas pulang kerumah, serta minta kakakmu memasak air panas untuk mengobati luka prajurit ini”.  Lanjutnya.

“Tapi paman, dia kan prajurit Kerege, aku lihar dari lambang kerajaan di bajunya..”

“Kita menolong tidak memandang dia lawan atau kawan, kenal atau tidak.. menolong adalah menolong” Imbuh Pamannya.

 

Istana Kerege

Putri Gayatri memasuki halaman istana sebelah barat, saat memasuki anak tangga pintu Kalingga dia berpapasan dengan Panglima KenKen.  Panglima KenKen menjura hormat padanya, sementara Putri Gayatri tertunduk dan menangkupkan dua telapak tangannya didepan dada.  Panglima KenKen segera berlalu. Sesekali ia menengok ke arah Putri Gayatri membuatnya teringat pada Pangilma ThanThan,  seorang perwira muda yang dia kenal saat sama-sama memasuki akademi balatentara Kerege dan  yang kemudian menjadi sahabat kentalnya, setidaknya hingga saat kepergian Panglima ThanThan ke Havana beberapa pekan yang lalu.

Putri Gayatri bergegas masuk ke dalam ruang Kalingga, ditemuinya Pangeran Gheget yang sudah menantinya sejak beberapa saat yang lalu.

“Ada apa, Putri Gayatri?” Pangeran Gheget memulai pembicaraan.

“Saya ingin mengucapkan terimakasih, atas kepedulian anda Pangeran, sejak beberapa pekan sejak kabar meninggalnya Kakanda ThanThan di Havana.” Gayatri berucap lirih.

“Saya dengar pasukan kita akan berangkat berperang ke Ocuri.. saya turut mendo’akan yang terbaik untuk kerajaan kita.” Lanjut Gayatri.

“Semoga, kita bisa meraih kemenangan disana, seperti harapan Panglima ThanThan”

“Semoga Pangeran,… namun sebelum anda berangkat, mohon maaf sebesar-besarnya saya ingin mengembalikan pemberian anda..”  Gayatri memberikan sebuah kotak kecil yang dibungkus oleh kertas warna merah delima.”

“Kenapa…?”

“Saya tidak ingin memberi anda harapan, saya masih mencintai almarhum suami saya… mohon maaf Pangeran saya mohon pamit.”

Gayatri lalu beranjak pergi meninggalkan ruang Kalingga.

 

Gerbang Ocuri

Jendral Mitsui berada dibarisan paling depan ratusan ribu prajurit Kerege yang siap berangkat ke Ocuri

“Hari ini kita akan memulai pertempuran paling penting untuk kerajaan kita.  Saat gerbang itu terbuka dan kita memasuki area Ocuri, kita harus memperlihatkan kemampuan, kekuatan, hasrat dan keberanian kita!  Semua prajurit kerajaan kita adalah petarung tangguh,  para punggawa yang haus darah.  Kita tidak ada masa jeda sekarang, pertempuran menanti disana dan inilah saatnya kita memperlihatkan kemampuan kita dan mengusir balik musuh ke rumah mereka. Kita berperang bukan karena kita membenci apa yang ada dihadapan kita, tapi karena kita mencintai apa yang ada dibelakang kita, dan kita tidak akan membiarkan melihat mereka menderita.   Ratusan ribu derap langkah pasukan akan menemui takdirnya, kita tidak khawatir tentang kematian, karena kita akan datang kesana dan memenangkan pertempuran” Ujarnya lantang disambut riuh gemuruh pasukan Kerege.

Beberapa saat kemudian gerbang terbuka.  Semua melesat bergerak cepat menuju Occuri laksana anak panah lepas dari busurnya, meninggalkan debu-debu tanah yang membumbung tinggi ke angkasa.

 

Post a Comment

0 Comments

Daftar Pemain Yang Di Blacklist