Raja Morogoro Darkcon segera mengirim utusan untuk mengundang raja-raja sekutu mereka dan mengadakan pertemuan di perbatasan Sacaca, terletak di sebelah tenggara ibukota Tanah Para Raja. Secepat panah yang terlepas dari busurnya, berangkatlah utusan tersebut dan pertemuan akan dilakukan esok lusa tepat ketika matahari beranjak menuju peraduannya.
Pangeran Gheget terbangun dari tidur siangnya ketika mendapat informasi ada kerusuhan terjadi di wilayah timur Kerege. Ditengah persiapan keberangkatan pasukan menyelamatkan Ratu Pudding ada pihak yang ditengarai sedang mengadu domba petinggi kerajaan Kerege.
Berpacu dengan waktu Pangeran Gheget segera berangkat ke wilayah timur kerajaan. Disana ia segera menemui Jendral SinHirutto yang sudah berhasil membekuk penyusup dan pengkhianat yang menimbulkan kerusuhan.
"Bagus Jendral, kita harus mengamankan posisi kerajaan dari segala penyusup, jangan sampai kejadian-kejadian seperti ini mengganggu persiapan kita menuju Allihies", ujarnya sambil menepuk-nepuk bahu Jendral Hirutto.
***
Langit mulai memunculkan semburat jingga, ketika derap langkah pasukan berkuda melewati tepian gurun Sacaca menuju wilayah Morogoro. Raja Rizwan dari Kerajaan Zinga sampai lebih dahulu dan disambut hangat oleh Raja Darkcon. Beberapa menit kemudian Raja Pepperoni dari kerajaan Arazede juga datang disertai para jendral kepercayaannya.
Sambil menikmati sajian khas Morogoro, Jahe Hangat dan Singkong Rebus mereka terlibat pembicaraan serius terkait isu akan adanya armada yang bergerak menuju Allihies. Raja Rizwan terlihat sangat berapi-api dan penuh emosi, mengingat ia pernah menerima Pangeran Gheget dan keluarganya tinggal di Zinga.
Raja Darkcon bangkit berdiri dan memberi isyarat pada pelayannya. Pelayannya beranjak mendekati meja dan menggelar peta kerajaan. Tiga raja tersebut menunjuk dan menandai titik-titik tertentu di peta tersebut sambil mengutarakan strategi mereka.
Sementara itu dibalik tirai tenda diskusi, seseosok perempuan mungil berwajah oriental nampak menguping dan mencatat seksama apa yang dia dengarkan. Tiba-tiba seseorang menghampiri perempuan mungil itu dan menyapanya.
"Salam Queen Ottoman, sedang apa anda disini, masih ingat saya, Jendral Hilmur." Ujar sosok berbaju besi dengan janggut lebat terurai dari dagunya. Perempuan mungil itu tersentak , mundur beberapa langkah dan mendongak.
Terdengar lolongan serigala dikejauhan, seiring tenggelamnya matahari ke peraduannya. Diskusi tiga raja terhenti sejenak dan melirik ke arah posisi dimana Jendral Hilmur dan seseorang yang dipanggil Queen itu sedang berbicara.
Langit jingga berubah pekat, rembulan belum hadir mengganti matahari. Akankah ini menjadi pertanda akan ada kegelapan dalam beberapa pekan kedepan?
0 Comments